Ditulis oleh: Eva Nukman

Kecintaan membaca lebih dapat memprediksi keberhasilan akademis seorang anak ketimbang status ekonomi sosial keluarganya. Karena itu, para pembaca cilik ini perlu dimanjakan dan kehausannya akan bahan bacaan perlu dipuaskan.

Akan tetapi, geografi Indonesia yang terdiri atas belasan ribu pulau membuat hal itu tidak mudah. Pengiriman buku ke daerah Maluku, misalnya, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bukan hanya itu, ketersebaran penduduk, tingkat ekonomi dan daya beli masyarakat, serta faktor-faktor lainnya menyulitkan akses anak-anak terhadap buku bacaan berkualitas.

Kendala inilah yang coba diatasi oleh Let’s Read. Sebagai perpustakaan digital, Let’s Read menampung ratusan buku cerita-digital bergambar dari berbagai negara, terutama di Asia. Buku-buku digital di platform Let’s Read ini dapat diakses di mana saja, dan gratis.

Penyebaran buku tidak lagi terkendala jarak dan biaya. Guru/orangtua kini memiliki koleksi buku yang begitu banyak untuk dibaca murid/anak atau dibaca bersama. Yang mungkin masih menjadi rintangan adalah kurang atau belum adanya jaringan internet di daerah pedalaman tertentu atau bahkan tiadanya pasokan listrik. Dalam hal ini, lisensi CC yang dimiliki Let’s Read memungkinkan guru/relawan mengunduh berkas digital buku dan mencetaknya untuk dibawa ke daerah terpencil. Tentunya, sepanjang tidak dipergunakan secara komersial.

Terkait bahasa daerah, kendati pemakaian bahasa daerah di kalangan generasi muda perkotaan terasa menurun, bahasa daerah sebagai bahasa ibu tetap diperlukan dalam tumbuh kembang anak sebagai sarana komunikasi pertamanya. Adanya buku-buku cerita bergambar yang disukai para pembaca awal akan mendukung hal tersebut. Namun, saat ini bahan bacaan dalam bahasa daerah sangat sedikit tersedia, apalagi yang dikhususkan untuk anak-anak, terutama pembaca pemula.

Upaya penerjemahan buku digital ke bahasa daerah agaknya bisa dijadikan solusi. Dalam pengerjaannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain, pemilihan diksi yang ramah anak dan cara pengungkapan yang patut sesuai kaidah bahasa tersebut. Karena itulah di dalam lokakarya penerjemahan, Litara membekali peserta dengan materi tentang buku anak. Di samping itu Litara dan Let’s Read juga melibatkan pakar budaya dan/atau bahasa daerah terkait.

Ratusan buku Let’s Read telah diterjemahkan ke sejumlah bahasa daerah. Dengan demikian, ada banyak pilihan bacaan bagi anak-anak penutur bahasa daerah tertentu. Artinya pula, banyak buku tersedia bagi anak-anak untuk mendapat kegembiraan dari membaca. Buku cerita bergambar sangat membantu anak memahami bacaan dan menambah kosa kata.

Luaran utama dari dari kegiatan lokakarya penerjemahan yang diadakan Litara Bersama Let’s Read (The Asia Foundation) memang adalah buku-buku digital berbahasa daerah. Akan tetapi, sembari membantu menyuguhkan bahan bacaan bagi anak Indonesia, kegiatan ini juga menjadi ajang latihan yang bagus bagi calon penerjemah. Calon penerjemah atau penerjemah pemula mendapat gambaran dan lebih memahami penerjemahan sebagai profesi yang menjanjikan. Calon penerjemah atau penerjemah pemula juga mendapat kesempatan langsung untuk berlatih menerjemahkan didampingi penerjemah profesional yang berpengalaman. Bagusnya lagi, nama peserta yang terlibat dicantumkan pada buku-digital yang dia terjemahkan.

Artikel ini merupakan bagian dari makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Industri Bahasa 2019: Industri Bahasa dalam Era Industri 4.0.

Makalah utuh dimuat dalam Prosiding SNIB 2019 Politeknik Negeri Malang.

ISSN: 2541-5654

Comments